Kamis, 19 April 2018

UNBK diduga malpraktik pendidikan



Sejumlah pelajar mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMK Negeri 2 Surabaya, Surabaya, Jawa Timur, Senin (2/4/2018). Ujian yang dinilai sulit ini diduga melanggar hak anak. 
Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) 2018 jenjang SMA/MA sudah selesai pekan lalu. Tapi masalahnya justru baru bermunculan. 

Setelah banyak dikeluhkan karena sulit, kini Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan dugaan pelanggaran hak anak yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebab, mereka menguji anak-anak dengan soal-soal matematika yang materi dan jenis soalnya tidak pernah diajarkan, 

"Ini adalah malpraktik dalam pendidikan, tepatnya dalam evaluasi," kata Komisioner Bidang Pendidikan KPAI Retno Listyarti dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (17/4/2018).

Retno menjelaskan, banyak keluhan datang dari siswa-siswa sekolah negeri dan swasta yang ada di kota-kota besar seperti Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Utara. Dari 27 keluhan yang masuk, paling banyak terkait soal matematika.

Hal-hal yang dikeluhkan antara lain, soal matematika sangat sulit, waktu ujian tak cukup untuk mengerjakannya karena langkah yang banyak dan rumit, soal tidak sesuai kisi-kisi. "Siswa menyatakan hanya meyakini jawaban benar sekitar 5 sampai dengan 10 dari 40 soal yang diuji," ungkap Retno.

Sebagian dari siswa yang mengadukan hal tersebut ke KPAI mengaku tidak pernah membayangkan soal UNBK matematika sesulit itu.

Menurut Retno, jika malapraktik dalam dunia kedokteran bisa menimbulkan kematian, malapraktik di dunia pendidikan bisa merugikan siswa dan menghambat kualitas pendidikan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy Sabtu pekan lalu berkelit bahwa, pembobotan pada soal ujian khususnya untuk pelajaran matematika memang berbeda dengan penilaian biasanya.

"Memang yang akan dipetakan lewat UN antara lain adalah aspek tingkat kesulitan tertinggi yang bisa dicapai oleh siswa. Tetapi pemberian bobotnya juga beda," ujar Muhadjir di Jakarta.

Pembobotan dimaksud, mirip dengan sistem penilaian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang mulai berlaku pada tahun ini. Soal-soal tertentu dibuat lebih sulit, membutuhkan daya nalar tinggi atau "high order thinking skills" (HOTS).

Retno menyesalkan cepatnya reaksi Muhadjir yang menyatakan soal matematika UNBK SMA memang dibuat sulit, karena termasuk jenis soal HOTS. 

Secara metodologis tingkat kesukaran soal dinilai dengan statistik. Dari populasi atau sampel diperiksa berapa siswa yang menjawab benar, salah, atau malah tidak menjawab.

"Padahal, sulit (hard) atau mudahnya sebuah soal tidak bisa langsung ditentukan dari teks ataupun konteks soal," kata Retno, Selasa (17/4/2018).

Soal tipe HOTS bukan berarti soalnya harus sulit. Soal tipe HOTS pada UNBK adalah soal-soal yang dikenal dengan kode L3, alias soal dengan tipe penalaran.

Ciri utama soal L3 adalah benar-benar mencoba menghindari soal yang bertipe sekadar ingatan. Tapi menuntut siswa berpikir analisis, sintesis, menilai dan mengambil keputusan atas masalah yang disodorkan dalam soal. 

Hal ini berbeda dengan soal yang sulit (hard). Soal yang dikatakan sulit bila dalam menjawabnya membutuhkan banyak langkah penyelesaian, banyak variabel yang tidak diketahui dan biasanya menggunakan banyak operasi matematika untuk menyelesaikannya.

Pembelajaran HOTS menuntut para guru meyakinkan siswa bahwa materi yang dipelajari berguna untuk kehidupan sehari-hari. Untuk itu, konsep/teori bukan hanya dihafalkan. Tapi sisa diaplikasikan dalam hal-hal yang sederhana hingga rumit. 

Menurut KPAI, jika Kemendikbud mau adil, yang perlu dibenahi para gurunya untuk melakukan proses pembelajaran HOTS bukan malah berkonsentrasi pada UN saja untuk menguji HOTS para siswanya.

Maka, KPAI mendorong Kemendikbud mengevaluasi penyajian soal UNBK karena diduga malpraktik yang menimbulkan ketidakadilan bagi anak-anak peserta UNBK.


EmoticonEmoticon