Senin, 10 September 2018

Malam 1 Suro 2018 - Ini 5 Kepercayaan Soal Kirab Kebo Bule, Kotorannya Diperebutkan Warga


Malam 1 Suro 2018 bertepatan dengan tahun baru Islam 1 Muharram atau tahun baru Hijriyah 1440.

Di Malam 1 Suro 2018 yang jatuh pada Selasa (10/9/2018), masyarakat Jawa memiliki beragam ritual yang biasa digelar.

Salah satunya, yakni kirab kebo bule yang digelar oleh masyarakat Solo.

Kirab yang dilakukan pada malam 1 Suro yang juga bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharram tersebut akan memakai 7 kebo bule. Togel Online


Di sana, setiap malam 1 suro selalu diadakan kirab kebo bule yang dilakukan malam harinya.

Ada beberapa kepercayaan yang dipegang warga soal kirab kebo bule ini.

Selain asal-usulnya, ada juga kepercayaan kalau kotorannya saja bertuah dan memberikan berkah.

Berikut 5 kepercayaan soal kirab kebo bule yang diadakan oleh masyarakat Solo di Malam 1 Suro.

1. Asal Usul Kebo Bule Kyai Slamet

Dikutip dari Kompas.com, Kebo Bule Kyai Slamet menurut Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakarta, Kanjeng Winarno Kusumo, mempunyai sejarah panjang.

"Nama Kyai Slamet tersebut sebetulnya adalah salah satu pusaka berupa tombak milik keraton. Pada jaman Pakubuwono ke-10, sekitar tahun 1893-1939, melakukan tradisi membawa pusaka Kyai Slamet keliling tembok Baluwarti pada hari Selasa dan Jumat Kliwon. Saat itu, kebo bule selalu mengikuti di belakang," kata Kanjeng Winarno.

Winarno menambahkan bahwa tradisi dari Pakubowono X tersebut terus dilanjutkan oleh kerabat keraton dan sang kebo selalu mengikuti pusaka Kyai Slamet tersebut.

"Nah lama-lama kerbau tersebut diberi nama Kebo Kyai Slamet," katanya.

2. Menyentuh Bisa Bawa berkah

Ada kepercayaan yang masih dianut olehsebagian besar masyarakat Jawa.

Salah satunya, bagi masyarakat yang mengikuti dan bisa menyentuh kebo bule saat kirab dipercaya akan mendapatkan berkah.

3. Kotoran Jadi Rebutan

Saat kirab berlangsung, tlethong atau kotoran kerbau bule diyakini sebagian orang dapat melancarkan rezeki.

Karena itu, kotoran kerbau bule pun diperebutkan.

Warga yang mengambil tletong saat kirab biasa menggunakannya untuk campuran pupuk.

Warga beranggapan, adanya campuran tlethong Kerbau Bule tersebut membuat hasil panennya banyak.

"Mungkin karena hasil panennya yang banyak maka dianggap sebagai pemancar rezeki," ujar Jumadiono (56), perawat Kerbau bule saat ditemui di kawasan Alun-alun Kidul (Alkid) Keraton Solo.


"Ada yang mengeringkannya dahulu dan membungkusnya dalam sebuah kain untuk disandingkan disamping pupuk yang bertujuan untuk menambah hasil panen, "ungkap dia.

Jumadiono melanjutkan, sebagian besar orang yang masih mempercayai tentang tlethong adalah mereka yang bertempat tinggal di pinggiran Kota Solo.

4. Tergantung Kemauan Kebo Bule

Waktu pelaksanaan upacara untuk memperingati malam 1 Suro dilangsungkan pada tengah malam.

Namun tepatnya disesuikan dengan kemauan kebo bule kapan mau keluar kandang.

Terkadang kebo bule baru mau keluar kandang setelah pukul 01.00 dini hari.

Kebo bule biasanya berjalan keluar sendiri menuju halaman keraton tanpa digiring.

Jika kebo bule tak mau jalan makan kirab pun belum dilaksanakan.

5. Simbol Penolak Bencana

Dikutip dari Kompas.com, kerbau juga menjadi simbol penolak bencana.

Dalam tradisi masyarakat Jawa, kerbau mempunyai kepekaan untuk mengusir roh jahat atai niat buruk.

Dan yang terakhir, kerbau sebagai hewan bodoh, dan ada ungkapan dalam bahasa Jawa, bodho plonga plongo koyo kebo (bodoh tengak tengok seperti kerbau).


EmoticonEmoticon