Minggu, 20 Agustus 2017

Mitos dan fakta seputar ukuran Mr P


Ada beberapa versi mitos seputar penis yang kerap jadi bahan diskusi hingga hari ini. Sialnya, masih banyakpula orang yang mempercayainya. Salah satu yang cukup santer adalah anggapan bahwa ukuran penis berbanding lurus dengan keperkasaan dan tingkat kepuasan seksual…..

Faktanya, pria dengan ukuran penis di atas rata-rata juga bisa mengalami gangguan fungsi seksual. Sementara pria yang memiliki penis berukuran di bawah rata-rata (selama bukan mikropenis), juga masih dapat memuaskan pasangannya. Bahkan banyak perempuan yang tidak menjadikan ukuran penis sebagai sebuah syarat hubungan seksual yang optimal.

Yang lebih diinginkan adalah kenyamanan, komunikasi seksual, pemanasan yang cukup, hingga variasi dan teknik berhubungan seksual.

Selain itu, metode yang mengaitkan ukuran dan bentuk penis dengan kepribadian seseorang (phallomancy) juga masih cukup sering dijumpai dewasa ini. Phallomancy lebih banyak dipercaya oleh orang-orang yang berpikir tradisional berdasarkan pengalaman dan pengamatan turun temurun. Layaknya zodiak dan ramalan nasib dengan membaca garis tangan.

Misalnya, penis panjang identik dengan kemiskinan. Sebaliknya, ukuran penis pendek dan berdiameter besar akan dihubungkan dengan kemakmuran. Termasuk di antaranya posisi tahi lalat di penis, benjolan di penis, bercak di penis, dan lain sebagainya.

Tentu saja ilmu kedokteran dan seksologi modern berseberangan dengan metode kuno ini karena tidak bisa dibuktikan secara ilmiah.

Sudah saatnya kesalahan persepsi ini diperbaiki. Sebab ukuran penis bervariasi, dan selama perkembangannya normal maka ukuran bukanlah masalah. Saat pria mencapai tahap pubertas maksimal di usia 17 atau 18 tahun, maka ukuran penis tidak dapat diubah lagi.




EmoticonEmoticon